Dua Tahun Sebelum Meninggal, Presiden Soeharto Mengaku Bermimpi Aneh Tapi Lucu

Presiden RI Kedua, H.M Soeharto. (foto: instagram jejaksoeharto)

SULTON.ID – Presiden Kedua RI, H.M Soeharto memiliki banyak kisah menarik selama hidupnya. Baik sebagai personal maupun sebagai pemimpin bangsa.

Berbagai cerita masih sering diungkapkan oleh keluarga, kerabat hingga teman terdekat presiden yang dijuluki The Smilling General ini.

Salah satunya, yang disampaikan adik kandung Pak Harto, Hajah Noek Bresinah Soehardjo tentang mimpi kakaknya, dua tahun sebelum meninggal.

Dalam buku yang berjudul “Pak Harto, The Untold Stories” Noek menyebut bahwa sang kakak sempat mengaku telah bermimpi aneh.

Pada 2006, Soeharto yang kala itu tengah dirawat di rumah sakit Pertamina, tiba-tiba terbangun dari tidurnya pada sore hari.

Saat membuka matanya, Soeharto menyebut kepada adiknya itu bahwa dia baru saja bermimpi aneh.

“Aku lagi wae ngimpi (saya barusan mimpi),” kata Noek Bresinah Soehardjo, menirukan ucapan Soeharto kala itu.

Mendengar ucapan itu, Hajah Noek Bresinah Soehardjo yang saat itu yang sedang menemani Soeharto bersama anak sulung kakaknya, Tutut Soeharto, segera mendekati.

Kemudian menurut Noek, Tutut pun langsung bertanya kepada sang ayah. “Mimpi apa to Pak?” tanya Tutut.

“Nonton gamelan, rame, nanging ana sing aneh (menonton gamelan, ramai, tetapi ada yang aneh,”ujar Soeharto menjawab pertanyaan Tutut.

“Apa yang aneh, Pak?” tanya Tutut lagi.

Soeharto pun lalu menjawab pertanyaan putri sulungnya itu.

“Kuwi lho, sindene kok wong Sunda kabeh (itu lho, penyanyinya kok orang Sunda semua)?” ucap Soeharto.

Mendengar jawaban sang ayah, Tutut lalu tersenyum, dan mengatakan sesuatu.

“Lha, sindene mesti ayu-ayu to, Pak (Itu penyanyinya pasti cantik-cantik ya Pak?” kata Tutut menanggapi ucapan Soeharto.

“Ya embuh, ora weruh wong kahanane peteng (ya saya tidak tahu karena suasananya gelap),” jawab Soeharto lalu tersenyum.

Mendengar jawaban Soeharto tersebut, Noek dan Tutut kemudian tertawa. Sedangkan, Soeharto kemudian melanjutkan tidurnya lagi.

Kejadian tersebut disebut Noek terjadi dua tahun sebelum Soeharto meninggal dunia.

Tepat dua tahun dari momen itu, 27 Januari 2008, Presiden Kedua Indonesia ini dipanggil Sang Khalik. (Aan)

Related posts