Koordinator BEM SI Akui Dapat Ancaman Pembunuhan, Kediaman Orang Tua Diintai

Kaharuddin, Koordinator BEM SI saat sedang berorasi. (foto: Instagram Kaharuddin).

SULTON.ID – Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), Kaharuddin mengaku mendapat serangkaian aksi teror saat menyuarakan penolakan terhadap wacana penundaan Pemilu dan perpanjangan masa jabatan Presiden.

Ia mengungkapkan kerap dibuntuti oleh orang tak dikenal saat melakukan seruan konsolidasi di Jakarta untuk demo 11 April tersebut.

“Di Jakarta, terkadang kita juga dibuntuti oleh orang tak dikenal ketika menyerukan konsolidasi. Bahkan konsolidasi kita pernah batal pada 7 April dan dibuat online. Alasannya, banyak yang hadir di luar dari mahasiswa. Tapi itu tidak menyurutkan semangat juang kita untuk terus menyuarakan kebenaran dan menyampaikan aspirasi,” kata Kaharuddin, sebagaimana dilansir dari Tempo.co, Sabtu (16/4/2022).

Bahkan Kaharuddin juga menyatakan, pernah satu waktu mendapat ditelepon nomor asing, dan yang bersangkutan menyampaikan ancaman yang menjurus pada pembunuhan.

“Sebelum aksi itu saya sempat ditelepon orang, saya kira reporter atau wartawan, ternyata bukan. (dia bilang) Kamu mau pulang sekarang atau mau pulang nama?” terang Kaharuddin.

Tidak cukup sampai disitu, ternyata serangkaian aksi teror juga dialamatkan ke kediaman orang tua Kaharuddin di Riau.

“Setelah aksi demo, ada yang mendatangi rumah saya. Saya baru dapat informasi dua hari setelah aksi. Tetangga yang bercerita bahwa kemarin ada yang mencari rumah Kaharuddin. Mengabarkan bahwa Kaharuddin saat ini tidak bisa dihubungi. Padahal saya selalu mengabari orang tua. Orang itu hanya ingin membuat khawatir orang tua saya agar, ya mungkin meminta anaknya untuk tidak aksi lagi,” paparnya.

Terakhir, Kaharuddin menyebut beberapa akun media sosialnya diretas. Hal serupa juga diterima sejumlah Presiden BEM lainnya.

“Tiga akun media sosial saya dan beberapa akun WhatsApp Presiden Mahasiswa atau pun BEM mengalami peretasan. Akun Instagram saya sampai saat ini belum bisa login, termasuk telegram dan Facebook. Tanggal 9 April ada postingan pembatalan lewat akun Instagram saya,” pungkasnya.

“Kita tidak tahu alasan kenapa mengalami peretasan, kita juga tidak tahu siapa yang mengerahkan untuk melakukan hal itu. Tentu kalau dari pandangan mahasiswa, ketika kita mengkritik sesuatu, ya pasti orang yang dikritik itulah yang melakukan peretasan, kan? Tetapi pergerakan mahasiswa harus jalan terus. Semakin diganggu semakin semangat untuk melakukan pergerakan. Apabila kita diganggu, artinya apa yang kita suarakan benar,” sambungnya, menutup.

Related posts