SULTON.ID – Stunting menjadi salah satu masalah paling krusial yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini. Tak heran, stunting diangkat sebagai isu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Nopian Andusti mengungkapkan, bahwa penanganan stunting tidak bisa bertumpu hanya pada kekuatan pemerintah semata.
Oleh karena itu, Nopian menegaskan, penanganan stunting membutuhkan strategi dan metode yang lebih kolaboratif serta berkesinambungan mulai dari hulu hingga ke hilir.
“Ini bisa kita lakukan melalui pendekatan pentahelix, yaitu kolaborasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan yang meliputi sektor swasta, akademisi, komunitas dan media,” ungkap Nopian dalam Webinar Nasional bertajuk Masyarakat Sadar Stunting dan Gerakan Bapak Asuh Anak Stunting yang diselenggarakan Gaido Foundation, Kamis (1/7/2022).
Untuk merangkul para pemangku kepentingan ini, BKKBN mengembangkan inovasi lewat Program Bapak Asuh Anak Stunting, yang juga merupakan salah satu program utama dalam perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tahun 2022.
“Bapak Asuh Anak Stunting adalah platform keterlibatan pemangku kepentingan secara terstruktur dan terukur dalam mempercepat penurunan stunting yang menyasar langsung kepada kelompok-kelompok sasaran,” jelas Nopian.
Melalui program Bapak Asuh Anak Stunting ini, masyarakat dapat berperan dalam menurunkan angka stunting yaitu dengan memberikan donasi, baik berupa uang maupun barang atau produk.
“Sasaran program ini adalah calon pengantin, ibu hamil, dan bayi berusia 0-23 bulan,” tutur Nopian.
Tersedia 7 paket manfaat yang dapat dipilih, yaitu; KIA kelompok sasaran; Pembuatan akta kelahiran; Pemberian makanan tambahan bagi calon pengantin, ibu hamil dan baduta; Pembayaran iuran kesehatan dan fasilitasi rujukan; Pemberdayaan ekonomi keluarga; Bantuan jamban sehat dan air bersih; Bantuan lainnya.
“Para pemangku kepentingan dapat memilih metode penyaluran bantuan baik secara langsung maupun kepada pihak ketiga,” ungkap Nopian.
Sebagaimana diketahui, bahwa hasil studi Status Gizi Indonesia tahun 2021 menunjukkan angka prevalensi stunting Indonesia mengalami penurunan, dari angka 27,7 persen pada 2019, menjadi 24,4 persen pada 2021. Namun angka tersebut masih jauh dari darin target nasional pada tahun 2024 yaitu 14 persen.
“Sehingga untuk mencapai target tersebut perlu dilakukan percepatan penurunan stunting dengan upaya yang besar dan kita lakukan dengan langkah-langkah strategis. Kami berharap, dengan keterlibatan masyarakat umum melalui program Bapak Asuh Anak Stunting, percepatan penurunan stunting dapat dirasakan,” pungkas Nopian.
Turut hadir para pembicara dalam Webinar Nasional ini, antara lain Muhammad Hasan Gaido Founder Gaido Foundation, Dr. Al Muktabar Pj Gubernur Banten.
Serta para narasumber yaitu Prof. Abdul Razak Thaha, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Jakarta Fakultas Kesehatan Masyarakat; Dr. Anton Apriyantono, Waketum Perkumpulan Urang banten (PUB) Bidang pertanian; Dr. Dadi Ahmad Roswandi, Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Banten; Dr. Natasha Phebe, Perwakilan UNICEF Indonesia; dan dimoderatori oleh dr. Irma Ardiana, Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN.