SULTON.ID – Aksi unjuk rasa secara besar-besaran yang terjadi di Sri Lanka berujung anarkis.
Seperti di lansir dari CNN pada Minggu (10/7/2022), Masyarakat yang kecewa dan frustasi akibat krisis ekonomi itu nekat membakar kediaman Perdana Menteri (PM) Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe.

Wickremesinghe sendiri sudah dievakuasi dari kediamannya ke tempat aman sejak ribuan massa menggelar aksi unjuk rasa tersebut.
Video dari media lokal seperti dilihat CNN menunjukkan kediaman Wickremesinghe sudah dilalap api. Terlihat sejumlah orang masih berkumpul di sekitar kediaman Wickremesinghe.
Kediaman Wickremesinghe berada di Fifth Lane, Kolombo. Fifth Lane adalah tempat tinggal perdana menteri dan keluarganya.
Krisis ekonomi Sri Lanka terjadi pada 2019 akibat tumpukan Utang Luar Negeri yang besar, lalu diperburuk oleh pandemi Covid-19 pada awal 2020 yang menghancurkan industri pariwisata, hingga akhirnya ekonomi Sri Lanka bergerak menuju inflasi.
Dengan kondisi ekonomi yang tak kunjung membaik, membuat perdana Menteri sebelumnya, yaitu Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri akibat protes besar-besaran yang dilakukan warga Sri Lanka.
Dua hari setelah pengunduran diri Perdana Menteri pada tanggal 9 Mei, terjadi kerusuhan antara warga sipil, warga pro-pemerintah dan aparat. Hingga akhirnya pemerintah mengirim militer dengan perintah tembak di tempat untuk mengekang kerusuhan sipil.
Penderitaan Sri Lanka pun terus berlanjut dengan menghadapi pemadaman listrik, akses media sosial terbatas dan jam malam yang diberlakukan dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, nilai rupee Sri Lanka masih sangat rendah sehingga orang tidak mampu membeli kebutuhan dasar atau mengakses layanan.
Akhirnya pada Jumat (17/6/2022) Sri Lanka mengumumkan bahwa mereka hanya memiliki stok bahan bakar hanya untuk lima hari saja dibarengi kekurangan kebutuhan pokok yang membuat hampir 22 juta penduduknya berada dalam kesulitan.