Rusia Dapat Jakpot RP 2.500 T Setelah 6 Bulan Gempur Ukraina, Kok Bisa?

Ilustrasi Keuntungan Besar didapat Rusia Selama 6 Bulan Perang (Rebaznews)

SULTON.ID – Perang antara Rusia dan Ukraina kini memasuki bulan keenam yang dimulai pada 24 Februari lalu.

Ternyata dibalik perang ini, Rusia disebut mendapat keuntungan yang berlimpah. Tak tanggung-tanggung keuntungannya bahkan hampir menembus Rp 2.500 triliun.

Lalu apa yang membuat Rusia meraup untung yang begitu fantastis di tengah peperangan?

Peperangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina memang meyebabkan meroketnya harga minyak mentah dunia.

Hal itu dimanfaatkan oleh Rusia dari sisi perdagangan, yang mengakibatkan transaksi berjalan (current account) yang diperoleh Rusia melonjak bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Besarnya surplus current account tersebut terjadi akibat impor yang menurun sementara ekspor melonjak akibat tingginya harga komoditas energi.

Selain munyak mentah, Rusia juga banyak mengekspor gas alam dan batu bara dengan harga yang gila-gilaan.

Kementerian Ekonomi Rusia memprediksi di tahun ini pendapatan ekspor energi akan mencapai US$ 338 miliar. Ini naik dari tahun lalu sebesar US$ 244 miliar.

“Dinamika transaksi berjalan ditentukan oleh melebarnya surplus neraca barang dan jasa sebagai hasil dari kenaikan signifikan nilai ekspor barang sementara nilai impor mengalami penurunan,” tulis CBR, seperti dikutip dari CNBC Indonesia pada Selasa, (31/8/2022).

Di kuartal II-2020, current account Rusia tercatat sebesar US$ 70,1 miliar. Ini lebih tinggi dari rekor kuartal sebelumnya US$ 68,38 miliar.

Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) sendiri pada awal bulan lalu melaporkan pada periode Januari-Juli 2022, current account mencatat surplus US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.473 triliun (kurs Rp 14.900/US$). Menurut CBR Estimasi tersebut lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun 2021 senilai US$ 50 miliar.

Kinerja transaksi berjalan tersebut terbilang impresif. Eropa mengurangi impor bahkan ada yang tidak lagi mengimpor minyak mentah dari Rusia.

International Energi Agency (IEA) melaporkan pada Januari lalu, sebelum terjadinya perang, dari total ekspor minyak mentah, sebanyak 54% di kirim ke Benua Biru. Pada bulan Juni, nilai tersebut berkurang sebanyak sepertiga.

India menjadi “penadah” minyak mentah Rusia. Pada bulan Januari, impor minyak mentah India dari Rusia hanya 30.000 barel per hari.

Tetapi, dengan harga diskon yang diberikan Rusia, dengan harga minyak mentah lainnya yang sangat tinggi, India pun langsung memborongnya.

Rusia dikabarkan memberikan diskon hingga US$ 35/barel ketimbang harga sebelum perang terjadi. Pada Juni lalu, India mengimpor minyak mentah Ural Rusia sebanyak 740.000 barel per hari.

China yang merupakan importir minyak Ural terbesar di Asia justru mengalami penurunan. Pada Januari impornya mencapai 820.000 barel per hari, sementara di Juni 740.000 barel per hari, sama dengan India

Related posts